Senin, 05 Desember 2011

Ibu Negeri


Perisai suci tanda bhakti
Elok mewangi harum berseri
Rasa kasih sejati
Senandung dalam sanubari
Irama langkah kaki
Terus silih berganti

Kesetiaan yang kau miliki
Kan terukir dalam sanubari
Relung hati penuh kasih
Tiada pernah terhenti
Korbankan jiwa raga kami

Cerita Ibu negeri
Hendak turut berbakti
Angkat derajat pertiwi
Rentang tangan meninggi
Angkat martabat negeri

Kaulah Ibu negeri
Ibu kita, ibu sejati
Restu yang kau beri
Antarkan negeri ini
Negeri kita, negeri kami
Akulah seorang saksi
...

Ibu Negeri


Perisai suci tanda bhakti
Elok mewangi harum berseri
Rasa kasih sejati
Senandung dalam sanubari
Irama langkah kaki
Terus silih berganti

Kesetiaan yang kau miliki
Kan terukir dalam sanubari
Relung hati penuh kasih
Tiada pernah terhenti
Korbankan jiwa raga kami

Cerita Ibu negeri
Hendak turut berbakti
Angkat derajat pertiwi
Rentang tangan meninggi
Angkat martabat negeri

Kulah Ibu negeri
Ibu kita, ibu sejati
Restu yang kau beri
Antarkan negeri ini
Negeri kita, negeri kami
Akulah seorang saksi
...

Anak Khitan, Bapak Pingsan


Daniel adalah salah satu siswa kelas 6 SD Maju Mundur. Ia termasuk siswa yang cerdas.  Tapi entah kenapa teman-temannya sering meledeknya karena dia belum di khitan juga. Daniel merasa malu sekali.
 Setelah pulang sekolah, Daniel berkata pada bapaknya “Pak, saya kapan khitannya? Saya malu pak, di sekolah sering diledek teman-teman.”
 “Iya ngger, secepatnya kamu akan dikhitan. Tapi kalau bapak sudah punya uang ya. Kamu juga tahu sendirikan biaya untuk khitan terlalu besar bagi orang seperti kita.”kata bapak Daniel.
“Halah, jawabannya itu aja. Kenapa sih pak kita terlahir sebagai orang miskin trus kenapa juga bapak mau jadi orang miskin? Saya sudah capek, mau beli ini mau beli itu susah banget, sampai-sampai mau khitanan aja di undur-undur.” kata Daniel dengan marahnya. Karena bapaknya selau menjawab degan jawaban itu saja.
Bapak Daniel menjawab “Nak, kamu harus tau, tidak ada orang miskin jika tidak ada orang kaya. Lagi pula tidak ada satu orang pun yang mau jadi orang miskin. Ini semua sudah jadi kehendak Allah, pasti dibalik semua ini ada hikmahnya.”
“Baiklah pak, terserah bapak saja.” Jawab Daniel dengan rasa kecewanya. Lalu ia menuju ke kamar dan berdo’a kepada Allah supaya Bapaknya dapat diberi kemudahan dalam mencari uang supaya ia dapat dikhitan.
Fajar telah menyingsing di ufuk timur. Daniel berangkat ke sekolah dengan wajah penuh semangat. Lagi-lagi dia diledek temannya di sekolah. Karena dia tidak kuat dengan ledekan temannya, ia tidak jadi masuk sekolah. Dia berlari sangat kencang sambil menangis.
Sesampainya di rumah, bapak Daniel bertanya “Kamu kenapa pulang dengan menangis, seharusnya kamu kan sekolah, nak? Apa kamu masih diledek teman mu?”
Daniel menjawab “Iya pak, saya sudah tidak kuat lagi.”
“Ooo, masalah itu to, bapak tadi dengar kabar kalau menjelang akhir liburan sekolah semester Pemerintah akan mengadakan khitanan masal. Nah, dengan ini kamu bisa khitan dengan gratis nak.” kata bapak.
“Yes, aku mau dikhitan, hore...”jawab Daniel dengan girangnya.
Acara akan dimulai. Tapi, ada kejadian menarik dalam acara kali ini. Bapak Daniel tiba-tiba pingsan ketika melihat anaknya dikhitan. Tentu kejadian ini menarik perhatian semua orang.
“Mboten tega kula ningali (tidak tega saya melihatnya)” kata si bapak setelah pulih kesadarannya. Tapi, Daniel malah tersenyum ketika setelah dikhitan. Apalagi dapat bingkisan dari panitia.Ada nuansa haru saat sang bapak mulai berbinar berkaca-kaca. Dibalik itulah tersimpan kasih sayang orang tua yang tulus tak tergantikan.
Kini Daniel tidak perlu malu lagi di sekolah dan ia sekarang tidak diejek lagi oleh temannya.

Senin, 28 November 2011

Generasi Penerus Bangsa





Diantara ledakan bom dan desing peluru
Bumi terpeluh, terbakar, dan lesu
Pemuda bangkit mengangkat senjata
Dalam satu pekik “MERDEKA”

Tak
ada pilihan . . .
Siapa yang membunuh atau dibunuh
Segalanya musnah
Nyawapun lepas dari raga
Mayat-mayat berserak
an
Dan bergelimpangan dimana-mana

Kami rela mati muda
Kami rela menjadi tumbal perang yang menyiksa
Kami rela terkubur lebur menjadi tanah
Dimana bumi basah, bersimpah darah

Wahai generasi penerus bangsa
Kami tak lagi bisa angkat senjata
Dan berteriak “MERDEKA”
Namun...
Kami tak ingin perjuangan ini sia-sia

Wahai generasiku
Jangan hanya kenang kami
Yang menjadi benih penyubur bangsa ini
Namun...
Jadikanlah kami penyubur yang berarti

Pertahankan tanah merdeka ini
Jangan ijinkan siapapun memporak porandakannya
Singkirkan bencana
Sejahterakan rakyat
Tetap satukan bumi pertiwi

Teguh dan kokohkan bumi kita
Lumuri tubuh dengan semangat nan membara
Tak ada guna lagi omong kosong
Agar bumi ini tak terpuruk dalam bencana

Untuk Adikku Tercinta




Adikku,
Kau malaikat kecil di hidupku
Mata polos yang berbinar
Selalu bertanya tanpa menuntut jawab
Mulut kecil yang menggemaskan
Berbicara mewakili hati

Adikku,
Kau selalu tertawa dengan girangnya
Dikala sedih kau datang tuk menghibur
Kau bagaikan air yang memadamkan api
Kau membuat hati yang marah seakan reda

Adikku,
Memang tak setiap hari ada kebahagiaan

Kata-kata yang terucap tak selalu indah
Keinginan yang selalu ada tak selalu tercapai
Tak semua do’a menjadi nyata
Tak semua pagi menjadi tawa

Adikku,
Mungkin orang bilang,
Ketidakabadian itu abadi

Tapi,
Percayakah engkau?
Sejauh apapun jarak kita
Selama apapun kita berpisah
Seburuk apapun hubungan kita
Aku selalu sayang padamu
Selamanya......


Puisi....



Ayah.....
Betapa rindu hatiku
Saat kau pergi meninggalkanku
Untuk menjalankan tugas yang mulia
Mengabdi pada Ibu Pertiwi

Walau bahaya selalu mengancammu
Kau tetap maju menyerang  musuh
Kau tetap tegar dan berjuang
Demi membela kebenaran dan keadilan
Tak kau pikirkan hujan dan panas
Membasahi dan membakar tubuhmu

Kau terus maju
Dengan satu tekad
Terus maju pantang mundur
Demi n
egara dan bangsa

Hanya do’a yang bisa kupanjatkan
Semoga ayah selalu dalam lindungan-Nya
Semoga ayah selamat mengerjakan tugas
Semoga kita dapat berkumpul kembali
Sehingga dapat ku rasakan lagi cinta
Dan kasih sayangmu selama ini yang hilang

Ayah......
Aku rindu padamu
Aku merindukan kasih sayang dan cinta kasihmu
Segeralah pulang.....
Kutitipkan rinduku pada ayah
Yang sedang bertugas di Aceh....